Meoctupdate - Pasukan Israel menembak seorang pria Palestina yang baru pulang dari bekerja di Tepi Barat hingga tewas pada Selasa (27/7) waktu setempat.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa warga bernama Shadi Omar Lotfi Salim itu ditembak mati di dekat Desa Beita.
Wakil Wali Kota Beita, Mussa Hamayel, mengatakan kepada AFP bahwa pasukan Israel membunuh pria Palestina itu ketika baru saja memasuki desa tersebut sepulang bekerja.
"Dia dibunuh dengan darah dingin," ujar Hamayel.
Hamayel mengaku heran dengan insiden ini karena saat itu, tak ada demonstrasi atau aksi protes apa pun di Desa Beita.
Sementara itu, tentara Israel mengatakan bahwa saat insiden terjadi, mereka sedang melakukan patroli rutin di selatan Nablus. Mereka kemudian "mendapati seorang Palestina di daerah itu."
Menurut tentara Israel, pria Palestina itu mendekat dengan cepat ke arah petugas dengan membawa objek mencurigakan yang teridentifikasi sebagai tongkat besi.
"Pasukan bergerak menghentikan orang itu sesuai prosedur, termasuk melepaskan tembakan peringatan ke udara," demikian pernyataan tentara Israel.
Pernyataan itu berlanjut, "Ketika tersangka terus mendekat, komandan pasukan melepaskan tembakan ke arah tersangka. Insiden ini akan diselidiki lebih lanjut."
Beita sendiri sudah menjadi titik panas konflik antara Israel dan Palestina sejak Mei lalu, ketika puluhan keluarga Israel tiba dan mulai membangun permukiman di puncak bukit sekitar Nablus, melanggar hukum Israel dan internasional.
Setelah sejumlah bentrokan selama beberapa pekan, pemerintah Israel mencapai kesepakatan dengan para pemukim agar meninggalkan kawasan tersebut.
Para pemukim sepakat, tapi membiarkan bangunan mereka tetap berdiri hingga Kementerian Pertahanan Israel menentukan lahan itu dapat dianggap sebagai wilayah negara atau tidak. Sementara itu, militer Israel akan tetap berada di lokasi sampai keputusan tercapai.
Namun, pemerintah Beita menolak kesepakatan tersebut. Hamayel mengatakan bahwa "bentrokan dan protes akan terus berlanjut selama Israel masih ada di tanah kami."