Kita semua pasti pernah merasakan cemas. Ada yang cemas karea nunggu nilai keluar, nunggu hasil masakan, atau nunggu hasil ujian. Bahkan, kita juga suka merasa cemas saat nunggu kabar dari pacar! :p Sebenernya, apa sih kecemasan itu? Kenapa seseorang bisa merasa cemas? Bagaimana cara menangani kecemasan? Yuk simak artikel berikut ini!
Secara teoritis, kecemasan didefinisikan sebagai kekhawatiran atas masalah yang diantisipasi (Kring, Johnson, Davison, & Neale, 2010). Meskipun terdengar seperti sebuah hal yang buruk, tapi pada kenyataannya kecemasan tidak selalu berdampak buruk lho! Kecemasan pada dasarnya merupakan hal yang dapat membantu kita memperhatikan dan merencanakan ancaman di masa yang akan datang.
Misalnya saja ketika kita memiliki kecemasan akan nilai ujian yang buruk, maka kita akan belajar dengan lebih giat untuk mendapatkan hasil yang terbaik.Kecemasan dapat berdampak buruk bila tidak dapat kita kontrol. Ketidakmampuan diri dalam mengontrol kecemasan pada akhirnya membuat kita berada pada tingkat kecemasan tinggi yang tidak baik untuk kondisi diri kita. Orang yang mengalami ketakutan dan kecemasan pada tingkat yang tinggi dapat mengalami keringat berlebih hingga kesulitan bernapas. Hal-hal ini tentu bukan merupakan kondisi yang baik.
Berdasarkan German Health Interview and Examination Surveydiketahui bahwa ternyata wanita memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami kecemasan dibandingkan dengan pria loh!
Salah satu faktor yang mempengarhui hal ini adalah faktor sosial yaitu jenis kelamin. Menurut Kring, Johnson, Davison, & Neale (2010)laki-laki mungkin lebih sering mengalami tekanan sosial dibandingkan wanita menghadapi ketakutan. Tingginya intensitas seseorang dalam menghadapi sumber ketakutan dapat menjadi salah satu langkah yang efektif dalam menangani kecemasan. Selain itu, secara biologis wanita juga lebih reaktif terhadap stress dibandingkan dengan laki-laki (Olff dalam Kring, Johnson, Davison, & Neale, 2010).
Terdapat beberapa faktor resiko yang menyebabkan seseorang lebih rentan mengalami kecemasan. Beberapa faktor resiko tersebut adalah faktor genetik, neurobilogis, lingkungan sosial, kepribadian, serta kognitif (Kring, Johnson, Davison, & Neale, 2010). Secara genetik, beberapa gen mungkin dapat menyebabkan gangguan kecemasan yang spesifik. Sementara secara neurobiologis, tingginya aktivitas fear circuit pada otak dapat menyebabkan kecemasan.
Pada aspek lingkungan sosial, orang yang memiliki peristiwa negatif dalam kehidupan, terutama peristiwa yang mengisyaratkan sesuatu buruk mungkin terjadi di masa depan, memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami kecemasan.
Pada aspek kepribadian, individu yang menunjukkan hambatan perilaku di masa kecil serta individu dengan kepribadian neurotisisme juga memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami kecemasan. Sementara secara kognitif, yang memiliki kemampuan kontrol yang rendah ada memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami kecemasan.
Penanganan gangguan kecemasan secara umum akan menggunakan teknik yang mengharuskan klien menghadapi sumber kecemasannya tersebut (Kring, Johnson, Davison, & Neale, 2010). Sebelum dihadapkan secara langsung dengan sumber kecemasan, klien biasanya terlebih dahulu diajarkan keterampilan relaksasi. Hal ini bertujuan agar klien dapat menghadapi sumber kecemasannya dengan lebih rileks.
Teknik ini bisa kamu coba terapkan loh! Misalnya saja ketika kamu memiliki kecemasan ketika melihat kucing. Kamu bisa mulai perlahan dengan melihat gambar kucing, mengelus gambar kucing, berada dengan jarak 2 meter dari seekor kucing sungguhan, dan terus meningkat hingga akhirnya kecemasan tersebut menghilang. Akan tetapi, tidak semua orang mampu melaksanakan cara ini sendirian. Ketika kamu sudah merasa tidak memiliki kontrol yang bai katas kecemasanmu, lebih baik dikonsultasikan dengan psikolog ya!
Nah sekarang sudah paham kan tentang definisi hingga cara menangani kecemasan. Jangan lupa untuk selalu mejaga kesehatan mentalmu ya! 😊