Melihat Kepribadian Seseorang dari Film Horor yang Digemari

 


Ada banyak orang yang rela merogoh kocek untuk menonton film horor hantu pendendam, zombi yang mengejar-ngejar, hingga pembunuh berantai yang menggunakan gergaji meneror orang di layar. 


Mengapa? Menurut seorang peneliti yang sudah melakukan berbagai studi, terdapat hubungan antara pilihan film horor dan kepribadian seseorang. 


Kepribadian seseorang dapat dilihat dari film horor yang digemari. Seperti dilansir Today, jenis horor yang Anda sukai ternyata bisa menunjukkan siapa diri Anda.


Tak heran bila kemudian banyak pembuat film yang membuat karya dari genre ini. Pasalnya, film horor memang jenis yang bisa menghasilkan banyak uang.                    Ini terbukti dari film The Conjuring 3 dan A Quiet Place 2 yang baru-baru ini berjaya di box office di tengah pandemi Covid-19.


Berikut beberapa jenis kepribadian orang yang bisa terlihat dari pilihan film horor kegemarannya. 


1. Zombie

Film bertema zombie biasanya digemari oleh orang yang memang cerdas. Ya, memang zombi sendiri bukan makhluk yang cukup pintar. Misalnya, mengapa selain makan manusia dia tak mengambil baju korbannya dan malah memilih memakai baju compang-camping? Namun zombi adalah pilihan favorit para sutradara yang ingin memprovokasi cara berpikir orang sekaligus menakut-nakuti. "Film zombi biasa diiringi dengan komentar sosial yang kadang jelas dan kadang tidak jelas," kata Steven Schlozman, asisten profesor psikiatri di Harvard Medical School.


Maka tak heran jika muncul pesan antikonsumerisme di Dawn of the Dead atau dilema moral di The Walking Dead. "Film zombi juga populer di kalangan para pencari ketegangan dan kekonyolan," kata Deirdre Johnston, profesor di Hope College yang mempelajari efek film horor pada kalangan orang dewasa. "Karena para penonton ini juga peduli soal bagaimana bisa tertawa dan bersosialisasi terkait dengan film itu. Mereka bisa menertawakan 'Dude, lihat deh zombinya bisa meledak!'"


2. Vampir

Pencinta film vampir digolongkan sebagai pribadi yang selalu merasa diri mereka seksi. Tak ada yang pernah berkhayal menjadi zombi. Namun, menjadi makhluk supernatural yang rupawan biasanya"Vampir adalah segala hal tentang nafsu," kata Schlozman. "Plot cerita selalu tentang seksualitas di kalangan remaja dan dewasa muda - dia cantik dan menggoda, dan oh, dia sangat berbahaya!" kata Johnston.


"Vampir adalah segala hal tentang nafsu," kata Schlozman. "Plot cerita selalu tentang seksualitas di kalangan remaja dan dewasa muda - dia cantik dan menggoda, dan oh, dia sangat berbahaya!" kata Johnston.


3. 'Slasher'

Film slasher seringkali dihubungkan dengan keberagaman jenis kepribadian. Istilahnya pisau pun ada beragam jenisnya, maka film slasher bisa menggambarkan banyak ragam manusia. Sudah menonton saga Friday the 13th dan Halloween? Buat sebagian orang, menonton film ini seperti memainkan games, kata Schlozman.


"Tujuannya adalah untuk menemukan kebodohan yang dilakukan karakter yang terlibat selama 2 jam pertunjukkan. Misalnya pergi ke ruang bawah tanah tanpa menyalakan lampu. "Untuk penonton konservatif, slasher seringkali dianggap punya pelajaran moralitas, menunjukan bahaya dari seks diluar nikah atau minum alkohol diluar batas usia. "Mereka selalu punya pesan dari film itu seperti di I Was a Teenage Werewolf, yang intinya adalah peringatan agar jangan pernah berkencan dengan orang yang lebih tua," tambah Schlozman.


Sementara bagi remaja, menonton slasher adalah tentang bagaimana mengalahkan rasa takut mereka, kata Johnston. Dia juga menemukan sesuatu yang agak mengganggu. Beberapa anak banyak yang gemar akan film ini karena mereka mengindentifikasi diri dengan peran-peran di film itu. Pada anak-anak yang gemar meniru penjahat di film ini, biasanya karena si anak memang punya masalah dengan kemarahan di sekolah atau di rumah. 


4. Hantu, setan, dan monster

Pencinta film jenis ini biasanya menganggap serius segala hal yang bersifat menakutkan. Misalnya film Annabelle (2014), Paranormal Activity: The Marked Ones dan Deliver Us From Evil. Pengungkapan misteri, kejar-kejaran dalam rasa takut, membuka kedok mummi bisa jadi topik yang menarik bagi mereka yang gemar film jenis ini. "Semakin masuk akal, semakin baik," kata Johnston, menunjukkan kontrasnya fantasi seperti film zombi dan vampir dibanding film jenis ini.


Buat sebagian besar orang perkara agama adalah hal yang penting - ini yang membuat film-film tentang setan ini seperti kisah kesurupan jadi semakin mengasikkan kata Schlozman.


5. Penyiksaan dan semi pornografi

Film-film horor yang berisi penyiksaan dan ada bumbu semi pornografi menggambarkan pribadi yang jorok dan penuh pikiran akan darah dan keinginan untuk balas dendam. Saat film Saw keluar pada 2005, film itu dianggap mencakup banyak hal tentang genre film porno dan penyiksaan ini. Dalam film ini digambarkan, pembunuh berkeliaran, menjebak korbannya dan memaksa mereka mengikuti berbagai tantangan gila yang berdarah-darah, lengkap dengan segala detail brutalnya.


Pertanyaannya, orang apa yang suka dengan tontonan seperti itu? Sulit untuk dikatakan, karena ini adalah genre yang cukup baru, kata para ahli. Menurut Sclozman, film penyiksaan dan pornografi ini bisanya menampilkan sosok protagonis perempuan yang akhirnya bisa mengalahkan si sosok jahat. "Ini seperti menggambarkan pencinta film ini adalah orang-orang yang mencoba untuk mengalahkan ketakutan mereka untuk menjadi bahagia pada akhirnya. Seperti sebuah balas dendam saat seseorang melawan balik kekejian," kata Schlozman.


6. Horor nostalgia

Tahukan Anda bahwa film Exorcism diputar berulang-ulang oleh beberapa orang? Mereka bukan sekadar suka akan horornya, tapi juga pada kenangannya akan sebuah masa. "Dulu ada teori bahwa orang yang suka horor tidak akan terpengaruh oleh nostagia. Tapi ternyata justru sebaliknya," kata Schlozman. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa orang yang mendapatkan kepuasan dari ketegangan film horor biasanya akan suka film nostalgia juga.


Alasan lain mengapa Anda mungkin tak suka film horor adalah : mungkin Anda sudah terlalu tua. "Ketegangan yang biasanya digemari kaum remaja seringkali hilang saat seseorang memasuki usia 20 tahun, karena neurotransmiter di otak yang mencari sensasi mulai menurun di usia ini," kata Johnston. Secara keseluruhan, psikologi manusia sangat rumit untuk benar-benar bisa dipahami mengapa seseorang suka atau tidak suka menonton film pembunuhan.


"Banyak yang menikmati hal ini karena terikat pada nostalgia," kata Schlozman. Schlozman sendiri yang jatuh cinta pada film vampir mengatakan tiap kali menonton film itu dia terkenang akan ayahnya yang gemar menonton film Bella Lugosi. Pada akhirnya, dia mengatakan, "Tak ada cara paling menyenangkan untuk mengatakan selera itu tak bisa diukur."


LihatTutupKomentar