Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) melakukan analisis terkait dampak pandemi pada kelompok anak-anak yang rentan.
Tercatat, ada kecenderungan penurunan angka pendaftaran siswa baru di kelas awal pada 612 SD/MI di Indonesia.
"Selain itu juga ditemukan kecenderungan penurunan angka pendaftaran siswa baru di kelas awal tahun ajaran baru 2021/2022 jika dibandingkan tahun lalu," ujar Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Balitbang dan Perbukuan), Kemendikbudristek Suhadi, dikutip dari laman resmi Ruang Guru PAUD Kemdikbud, Jumat (9/7/2021).
Menurut hasil laporan awal analisis INOVASI, dalam aspek keterampilan dasar serta dampaknya pada kelompok anak-anak yang rentan selama pandemi, 612 sekolah tersebut terletak di 20 kabupaten atau kota yang tersebar di 8 provinsi di Indonesia.
"Adapun, kedelapan provinsi tersebut adalah Jambi, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Maluku Utara, dan Sulawesi Tenggara," bunyi keterangan tertulis dari Suhadi tersebut.
Tercatat, persentase terbesar anak tidak sekolah pada analisis situasi tersebut terjadi pada keluarga dengan penghasilan paling rendah.
Sementara itu, Kepala SD Negeri 2 Batunyala NTB Lombok Tengah Ni Ketut Mayoni menambahkan bahwa keberhasilan pembelajaran yang adaptif di sekolah pada masa pandemi, tidak bergantung pada proses dan pencapaiannya.
Namun, keberhasilan bergantung pada tiga aspek inti, di antaranya adalah menjaga kesehatan dan kenyamanan warga sekolah sesuai prokes. Hngga, mengejar ketertinggalan kecakapan dasar dalam hal literasi, numerasi dan karakter siswa.
"Dan terus menjalin keterlibatan wali murid dan orang tua dalam membantu anak-anaknya, dan menjaga keaktifan, serta kemandirian belajar anak-anak," tutup Mayoni.