Benarkah Perempuan Lebih Overthinking dari Pria? Ini Penjelasannya Menurut Ahli


Perempuan banyak memikirkan berbagai hal, bahkan bisa jadi lebih overthinking karena sesuatu yang terkesan sepele. Perempuan bisa menganalisis percakapan, bahasa tubuh, ingatan, hingga pesan dari seseorang secara berulang-ulang. 


Apalagi kalau hal tersebut menyebabkan dirinya merasa bersalah atau gagal.Kadang ungkapan 'perempuan memang suka overthinking' terkesan sebagai guyonan. Tapi ternyata ini tidak terjadi begitu saja. 


Menurut studi dari Journal of Alzheimer's Disease, perempuan memang lebih overthinking daripada laki-laki. Hal ini terjadi karena otak perempuan memiliki lebih banyak aktivitas.


Dalam survei brain imaging terbesar yang pernah dilakukan, para peneliti dari Amen Clinic di California menemukan bahwa otak perempuan lebih aktif di area korteks frontal. Area ini melibatkan fokus dan kontrol impuls, serta area emosional limbik otak yang berkaitan dengan mood atau suasana hati dan kecemasan.


Penelitian tersebut juga menemukan bahwa aliran darah lebih tinggi di otak perempuan dibandingkan laki-laki. Ini artinya perempuan lebih cenderung berempati, kolaboratif, intuitif, dan lebih fokus. Namun kondisi ini juga meningkatkan kecenderungan untuk mengalami kecemasan, depresi, insomnia, dan gangguan makan.


Menurut jurnal dari Johnson & Whisman tahun 2013, sejak masa remaja, perempuan memang memiliki potensi dua kali lebih besar untuk mengalami depresi dibandingkan laki-laki. Christine Anggraini, M.Psi., Psikolog dari Insightku Psikologi menjelaskan bahwa overthinking bisa menjadi salah satu tanda awal dari terjadinya depresi.


Pemikiran negatif yang dilakukan secara berulang-ulang, apabila tidak segera diatasi, bisa mengakibatkan kita mengalami kecemasan yang dapat berujung pada depresi. 


Lalu hal mendasar apa sebenarnya yang membuat perempuan banyak melakukan overthinking daripada laki-laki? 

Apakah ada kaitannya dengan rasa tidak percaya diri atau insecure yang kerap dialami perempuan?


Christine memaparkan bahwa overthinking sebenarnya bukan hasil tunggal dari rasa insecure, tetapi overthinking merupakan respons kita terhadap masalah.


"Banyak yang berpikir overthinking terjadi karena insecure, tapi secara teori, alasannya lebih luas. Pola pikir kita juga bisa dipengaruhi karena lingkungan. Jadi kalau orang-orang di sekitar kita sering memberikan komentar negatif, maka pikiran kita juga akan membuat kita merasa bahwa kita tidak mampu," ungkap Christine Anggraini. 


Overthinking juga merupakan coping strategy atau strategi dalam bertahan ketika terjadi suatu masalah. Dalam hal ini, manusia memiliki dua respons, yaitu aktif dan pasif. Ketika merespons secara aktif, kita akan mengkonfrontasi dan bertanya masalahnya apa dan salahnya dimana, lalu apa yang bisa diperbaiki. 


Tetapi kalau responsnya pasif, kita akan berusaha menghindar dari masalah. Misalnya kita akan langsung resign setelah berdebat dengan atasan atau melakukan ghosting dalam hubungan.


"Overthinking ini seperti strategi kognitif karena membuat kita berpikir. Kondisi ini terjadi ketika orang itu fokus bukan ke solusi, tapi ke masalah. Mungkin niatnya mau aktif untuk menyelesaikan masalah, namun fokusnya salah. 

Bukannya mencari tahu bagaimana cara menyelesaikan, tetapi malah terus menerus bertanya mengapa masalah tersebut terjadi kepada dirinya," jelas Christine.


Dalam beberapa kasus, Christine mengatakan memang ada sebagian orang yang terlalu lama fokus bertanya-tanya kenapa. Nah, kondisi ini bisa makin runyam kalau mereka berada di lingkungan yang tidak positif. 


Misalnya orang tua makin menyalahkan, pasangan tidak mendukung, dan teman tidak membantu. Oleh karena itu, peran dari lingkungan sekitar juga dinilai penting untuk membantu seseorang yang mengalami overthinking.


Kondisi overthinking ini bisa lebih mudah diatasi kalau kita berada di lingkungan yang positif. Artinya kita memiliki seseorang yang bisa membantu mencari solusi dan memberikan dukungan.


"Kalau seseorang tinggal di lingkungan yang suportif, mereka tidak akan lama mempertanyakan kenapa itu semua terjadi. Karena saat bercerita dengan teman, keluarga, atau pasangan mereka akan mendapat dukungan. 


Mereka bisa membantu mencari solusi, mengarahkan dia untuk melakukan hal-hal yang bisa mengatasi masalah," jelasnya.

LihatTutupKomentar