LAYANAN INFORMASI BIMBINGAN KONSELING



Disusun Oleh :
Kelompok 8
1. Andika Fajar Ramadhan (201901500280)
2. Siti Nurfadilla (201910500307)
3. Syakhshiyah Akhlagiyah (201901500368)
4. Veronika (201901500288)
5. Vina Tiara Sani (201901500348)

Dosen Pengampu : Deasy Dwi Cahyaningtyas Arifin, S.Psi.,M.Pd.

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
2021/2022

LAYANAN INFORMASI


PENGERTIAN LAYANAN INFORMASI

Layanan informasi adalah layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien). Klien tidak hanya peserta didik tetapi bisa juga orang tua atau wali.

Layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan berbagi pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan, dan mengembagkan pola kehodupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi, digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita, menyelenggarakan kehidupan sehari-hari dalam mengambil sebuah keputusan.

Layanan informasi dapat diselenggarakan melalui ceramah, tanya jawab, dan diskusi yang dilengkapi dengan peragaan, selebaran, tayangan foto, film atau vidio, kunjungan ke perusahaan-perusahaan. Berbagai nara sumber, baik dari sekolah sendiri, atau dari sekolah lain, dari lembaga-lembaga pemerintah, maupun dari berbagai kalangan di masyarakat dapat diundang guna memberikan informasi kepada peserta didik. Namun perlu diingat bahwa semua kegiatan hendaknya direncanakan secara matang.

Layanan informasi dapat dilaksanakan secara individual, klasikal dan ataupun diselenggarakan secara umum. Dapat juga diberikan secara lisan ataupun seperti jurnal, majalah, dan leaflet.


Pengertian bimbingan pribadi

Layanan bimbingan pribadi merupakan salah satu bidang bimbingan dan konseling yang ada disekolah. Dalam hal ini terdapat beragam pengertian bimbingan pribadi dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah pendapat Abu Ahmadi bimbingan pribadi adalah seperangkat usaha bantuan kepada siswa agar dapat menghadapi sendiri masalah-masalah pribadi yang sedang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi, dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya. Inti dari pengertian bimbingan pribadi yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi adalah bimbingan pribadi yang diberikan kepada individu, agar mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan pribadi secara mandiri. 

Hal ini sejalan dengan pengertian bimbingan pribadi, yang dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi yang mengungkapkan bahwabimbingan pribadi merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi, seperti penyesuaian diri, masalah dalam menghadapi konflik dan mengatasi pergumulan-pergumulan dalam hatinya sendiri dalam mengatur dirinya sendiri dibidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual, dan sebagainya. 

Prayitno juga mengartikan layanan bimbingan pribadi adalah membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Pendapat lain yang dikemukakan Hibana S. Rahman bahwa layanan bimbingan pribadi adalah layanan bimbingan yang di berikan kepada siswa untuk menemukan dan mengembangkan diri pribadinya sehingga menjadi pribadi yang mantap dan mandiri serta mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan pribadi adalah salah satu kegiatan layanan bimbingan untuk siswa agar dapat mengembangkan dirinya sehingga mantap dan mandiri serta mampu mengoptimalkan potensi yang di milikinya dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.


Tujuan layanan bimbingan pribadi

Tujuan dari pelaksanaan bimbingan pribadi berdasarkan buku Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling adalah sebagai berikut:

*) Memiliki kesadaran diri yaitu menggambarkan penampilan dan mengenai kekhususan yang ada pada dirinya.

*) Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-orang yang mereka senangi.

*) Membuat pilihan secara sehat. 

*) Mampu menghargai orang lain. 

*) Memiliki rasa tanggung jawab. 

*) Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi. 

*) Dapat menyelesaikan konflik. 

*) Dapat membuat keputusan secara efektif.


Ruang lingkup layanan bimbingan pribadi

Dalam bidang bimbingan pribadi, Prayitno (2013) merinci ruang lingkup bimbingan pribadi menjadi pokok-pokok berikut: 

a. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

b. Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranannya di masa depan. 

c. Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya pada atau melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif. 

d. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya. 

e. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan. 

f. Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya. 

g. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat baik secara rohaniah maupun jasmaniah.


Bentuk layanan informasi dalam bimbingan pribadi

Layanan informasi tentang tahap-tahap perkembangan dapat mencakup perkembangan: Fisik, motorik, Bicara, Emosi, Sosial, Penyesuaian sosial, Bermain, Kreativitas, Moral, dan Seks.


Pendekatan bimbingan pribadi

1. Pendekatan krisis

Pendekatan krisis adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan bertujuan untuk mengatasi krisis atau masalah-masalah yang dialami individu. Dalam pendekatan krisis ini, konselor menunggu klien yang datang, selanjutnya mereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang di rasakan klien. Pendekatan ini banyak di pengaruhi oleh aliran psikoanalisis. Aliran psikoanalisis menitiberatkan kepada terpusatnya kepada pengaruh masa lampau sebagai suatu hal yang menentukan bagi berfungsinya kepribadian pada masa kini. Pengalaman-pengalaman lima atau enam tahun pertama dari kehidupan individu di pandang sebagai akar dari krisis individu yang bersangkutan pada masa kini.


2. Pendekatan remedial

Pendekatan remedial adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kesulitan. Tujuan bimbingan adalah untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami individu. Dalam pendekatan ini konselor memfokuskan pada kelemahan-kelemahan individu yang selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya. Pendekatan remedial ini banyak di pengaruhi oleh aliran psikologi behavioristik yang menekankan kepada perilaku klien di sini dan saat ini. Perilaku saat ini dari individu dipengaruhi oleh suasna lingkungan pada saat ini pula, oleh sebab itu perilaku individu perlu di tata lingkungan yang mendukung untuk perbaikan perilaku tersebut.


3. Pendekatan preventif

Pendekatan preventif adalah upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba mencegah jangan sampai terjadi masalah tersebut pada individu. Konselor berupaya untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mecegah masalah tersebut. Pendekatan preventif ini tidak didasari oleh teori tertentu yang khusus dan pendekatan ini dapat dikatakan mempunyai banyak teknik terapi, tetapi hanya sedikit konsep.


4. Pendekatan perkembangan

Bimbingan dan konseling yang berkembang pada saat ini adalah bimbingan dan konseling perkembangan. Visi dan koseling adalah edukatif, pengembangan dan outreach. Edukatif, karena titik berat kepedulian bimbingan dan konseling terletak pada pencegahan dan pengembangan., bukan pada korektif, atau teurapeutik, walaupun hal itu tetap ada dalam kepedulian bimbingan dan konseling perkembangan. Pengembangan, karena titik sentral tujuan bimbingan dan konseling adalah perkembangan optimal dan strategi upaya pokoknya ialah memberikan kemudahan perkembangan bagi individu melalui perekayasaan lingkungan perkembangan. Outreach, karena target populasi layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas kepada individu bermasalah dan dilakukan secara individu tetapi meliputi ragam dimensi 

(masalah, target intervensi, setting, metode, dan lama waktu layanan) dalam rentang yang cukup lebar, teknik yang digunakan dalam bimbingan dan konseling perkembangan adalah pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran, tutorial dan konseling.



Pengertian Karir

Moekijat (1990) menyatakan karir adalah kemajuan seseorang dalam suatu lapangan pekerjaan yang diperolehnya selama ia bekerja atau perkembangan kemajuan seseorang dalam suatu lapangan pekerjaan selama masa aktif dalam hidupnya. Handoko (1998) menyatakan, dalam literatur ilmu pengetahuan ada tiga macam pengertian dalam istilah karir yaitu : 

a. Karir sebagai suatu urutan promosi atau pemindahan (transfer) lateral ke jabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau lokasi-lokasi yang lebih baik atau menyilang hirarki hubungan kerja selama kehidupan seseorang.

b. Karir sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk pola yang sistematik dan jelas, yang biasa disebut jalur karir. 

c. Karir sebagai sejarah pekerjaan seseorang, atau serangkaian posisi yang dipegangnya selama kehidupan kerjanya.

Natsir (1983) mengatakan pekeijaan yang bersifat karir mempunyai empat Ciri khusus yaitu : 

Adanya pendidikan khusus. Karir yang dijalani seseorang harus ditunjang oleh pendidikan yang telah ia peroleh. 

Merupakan suatu panggilan. Mengandung arti bahwa seseorang yang menganggap pekerjaan sebagai suatu karir akan mencurahkan seluruh tenaga, pikiran, dan waktunya untuk pekerjaan itu agar ia dapat mencapai kemajuan dalam karirnya.

Dilakukan sepanjang orang kerja dengan jenjang-jenjang kenaikan kepangkatan (jabatan). 

Bersifat full lime, pekerjaan tersebut berjangka waktu panjang, oleh karena itu diharapkan adanya peningkatan jabatan. 


Pandangan yang lebih luas mendefinisikan karir sebagai urutan dari kegiatan-kegiatan dan perilaku-perilaku yang terkait dengan kerja dan sikap, nilai, dan aspirasi-aspirasi yang terkait sepanjang masa hidup seseorang (Gutteridge, dalam Gomes 1999). Gibson dkk (1989) mendefinisikan karir sebagai persepsi orang mengenai urutan sikap dan perilaku yang berhubungan dengan pengalaman dan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan sepanjang hidup orang tersebut. Karir disini tidak mengandung arti keberhasilan atau kegagalan, kecuali dalam penilaian orang yang bersangkutan, selain itu karir juga terdiri dari sikap dan perilaku dan karir merupakan suatu urutan yang berjalan terus menerus dari kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan.

Flippo (1987) mengartikan karir sebagai serangkaian kegiatan kerja yang terpisah tetapi berkaitan, yang memberikan kesinambungan, ketentraman, dan arti dalam hidup seseorang. Karir disadari secara individual, dan dibatasi secara sosial, manusia tidak hanya meniti atau mencetak karir dari pengalaman-pengalaman khusus mereka tetapi kesempatan yang diberikan juga akan mempengaruhinya. 

Berdasarkan pengertian diatas maka yang dimaksud dengan karir adalah seluruh kemajuan yang telah dicapai seseorang dalam pekerjaannya yang disertai dengan semakin meningkatnya tanggung jawab. 


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Karir 

Pada hakikatnya seseorang mencari dan menggeluti pekerjaan-pekerjaan yang mereka minati dan memiliki ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Ada banyak kekuatan yang membantu pengembangan dan pembentukan suatu karir. Suatu karir mencerminkan perkembangan karyawan secara individu dalam jenjang/kepangkatan yang dapat dicapai seseorang selama masa kerjanya. 

Winkel (1997) menyatakan terdapat faktor-faktor pokok dalam perkembangan karir seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor ini dapat dibedakan satu dengan yang lain tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain karena bersama-sama membentuk keunikan kepribadian seseorang. 

Faktor internal terdiri dari :

1. Nilai-nilai hidup. Yaitu beberapa ideal yang dikejar oleh seseorang dimana dan kapanpun juga. Nilai menjadi pegangan dan pedoman dalam hidup sampai tua dan sangat menentukan gaya hidup seseorang.

2. Taraf inteligensi. Yaitu kemampuan untuk mencapai prestasi-prestasi yang didalamnya berpikir memegang peranan. Dalam mengambil keputusan mengenai pilihan jabatan, tinggi rendahnya taraf inteligensi yang dimiliki seseorang sudah berpengaruh apakah pilihannya baik dan efektif atau tidak. 

3. Bakat khusus. Yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang ketrampilan, dan bidang kesenian. Sekali terbentuk, suatu bakat khusus memungkinkan untuk memasuki berbagai bidang pekerjaan tertentu {fields of occupation) dan mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam suatu jabatan (level of occupation). 

4. Minat. Merupakan kecenderungan yang agak menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bidang tersebut. 

5. Sifat-sifat. Yaitu merupakan ciri kepribadian yang bersama-sama memberikan corak khusus pada seseorang. Pada umumnya diakui bahwa orang tertentu akan kurang cocok untuk memegang suatu jabatan tertentu karena sifat-sifatnya sangat mempersulit untuk berperanan sesuai dengan tuntutan khas pada jabatan tertentu. 

6. Pengetahuan. Informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan dan tentang diri sendiri. Bilamana seseorang mendapatkan informasi yang lebih akurat tentang dunia kerja dan tentang diri sendiri serta menyadari fakta. Adanya keterbatasan dalam pilihan-pilihannya maka pilihan fantasi ditinggalkan. Ini berarti aspirasinya diturunkan dan lebih disesuaikan dengan kenyataan yang dihadapi. 

7. Keadaan jasmani. Yaitu berkaitan dengan ciri fisik seseorang. Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu berlakulah berbagai persyaratan yang menyangkut ciri-ciri fisik tertentu. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pembentukan karir adalah :

*) Masyarakat. Yaitu lingkungan sosiai budaya dimana orang muda dibesarkan. Lingkungan ini luas sekali dan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga yang pada gilirannya akan menanamkannya pada semua anak. 

*) Status sosiai ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orang tua, tinggi rendahnya pendapatan orang tua, daerah tempat tinggal dan suku bangsa. 

*) Pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan keluarga inti, orang tua, saudara kandung yang menyatakan segala harapan mereka serta mengkomunikasikan pandangan dan sikap tertentu terhadap pendidikan dan pekerjaan. 

*) Pendidikan sekolah. Yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosiai jabatan tertentu dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki dan perempuan. 

*) Pergaulan dengan teman sebaya. Yaitu beraneka pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari.


Setelah seseorang mengambil keputusan untuk berkarir maka dalam bekerja berarti memusatkan pada karir dan berbuat sebaik mungkin sesuai dengan pilihan karirnya. 

Seseorang akan dikatakan berhasil dalam karirnya apabila ia dapat memenuhi tugas-tugas dalam tahap-tahap karir serta mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 

Bray & Howard (Wisnuwardani, 1998) mengatakan bahwa hal penting yang menunjang kesuksesan karir adalah kemampuan intelektual, ketrampilan interpersonal dan motivasi untuk maju. 

Martoyo (1987) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan karir seseorang adalah pendidikan formal, pengalaman ketja, sikap atasan, bobot pekerjaan, prestasi kerja, adanya lowongan jabatan dan produktivitas kerja. 

Berdasarkan beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat menentukan keberhasilan karir seseorang yaitu faktor dari dalam diri meliputi motivasi untuk maju, kemampuan intelektual, ketrampilan interpersonal, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja. Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu yaitu sikap atasan, bobot pekerjaan, lowongan jabatan dan produktivitas kerja. 


Tahap-tahap Karir 

Perjalanan karir seseorang melalui serangkaian tahap tertentu. Pada setiap tahap, seseorang akan dihadapkan pada situasi dan tuntutan yang berbeda-beda tetapi saling berkaitan satu sama lain.

Secara garis besar Dessler (1992) membagi tahap-tahap dalam karir seseorang menjadi lima tahap yaitu : 

1. Tahap pertumbuhan 

Tahap ini berlangsung kurang lebih dari saat lahir hingga seorang berusia 14 tahun dan merupakan periode dimana seseorang mengembangkan suatu citra pribadi dengan mengidentiflkasikan dirinya dan berinteraksi dengan orang lain seperti keluarga, kawan, dan guru. Pada awal periode ini, permainan peranan adalah penting, dan anak-anak mempraktekan peranan yang berbeda-beda. Hal ini dapat membantu mereka untuk mengembangkan citra diri atau identitas diri. Pada akhir periode ini, si remaja mulai berpikir realistik tentang alternatif keahlian. 


2. Tahap Eksplorasi 

Periode ini berlangsung kurang lebih pada seseorang berusia 15 hingga 24 tahun. Orang mulai berusaha menggali berbagai alternatif keahlian secara serius, dengan upaya membanding-bandingkan alternatif tersebut dengan hal-hal yang telah dipelajarinya tentang alternatif tersebut/dan tentang minat dan kemampuannya sendiri di sekolah, aktivitas waktu senggang dan hobi. Pada tahap ini orang mulai mengembangkan pemahaman yang realistik tentang kemampuan dan bakatnya. Demikian juga halnya, seseorang harus menemukan dan mengembangkan nilai-nilai, motif, dan ambisinya serta mengambil keputusan yang baik berdasarkan atas sumber informasi yang dapat dipercaya mengenai alternatif keahlian.


3. Tahap Pemantapan 

Tahap pemantapan ini berlangsung sejak seseorang berusia 24 hingga 44 tahun dan tahap ini merupakan inti kehidupan kerja setiap orang pada umumnya. Tahap pemantapan ini dibagi dalam tiga subtahap yaitu : 

a. Sub tahap percobaan 

Berlangsung sejak seseorang berusia 25 hingga 30 tahun, selama periode ini orang yang bersangkutan menentukan apakah bidang yang dipilih cocok atau tidak, apabila tidak mungkin diupayakan beberapa perubahan. 

b. Sub tahap stabilisasi 

Berlangsung pada saat seseorang berusia 30 dan 40 tahun. Orang mulai merencanakan karir secara lebih eksplisit untuk menentukan urutan promosi, perubahan pekerjaan, dan/atau aktivitas pendidikan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. 

c. Sub tahap krisis karir pertengahan 

Yaitu ketika seseorang berada pada usia antara 30-an dan 40-an, pada subtahap ini orang sering melakukan penilaian kembali kemajuan mereka dalam hubungannya dengan ambisi dan tujuan semula. Mereka mungkin merasa tidak akan dapat mencapai cita-cita atau hasil yang dicapai tidak sebagaimana yang diharapkan. Pada tahap ini orang juga harus memutuskan sejauh mana kadar penting pekerjaan dan karir mereka yang seharusnya dalam kehidupan. Selain itu seseorang untuk pertama kalinya menghadapi kesukaran untuk memutuskan hal-hal yang sesungguhnya diinginkan, hal-hal yang dapat dicapai, dan seberapa banyak yang harus dikorbankan untuk mencapai hal itu.


4. Tahap Pemeliharaan 

Antara usia 45 dan 65, banyak orang hanya sekedar menyelip dari subtahap stabilisasi kedalam tahap pemeliharaan. Dalam tahap ini seseorang telah menciptakan suatu tempat dalam dunia kerja dan semua upaya umumnya sekarang diarahkan untuk mengamankan tempat tersebut. 


5. Tahap Kemunduran 

Pada saat usia pensiun mendekat, sering terdapat suatu periode perlambatan dimana banyak orang menghadapi prospek untuk harus menerima keadaan menurunnya level kekuasaan dan tanggung jawab dan pada saat seperti ini mereka harus belajar menerima dan mengembangkan peranan baru sebagai mentor dan kepercayaan bagi yang lebih muda. Kemajuan yang diperoleh seseorang lewat tahap-tahap karir memerlukan pergerakan sepanjang jalur karir. Dilihat dari pandangan organisasi, jalur karir merupakan input yang penting bagi perencanaan kerja. Dari segi pandangan individu, jalur karir merupakan urutan pekerjaan yang diinginkan untuk mencapai tujuannya pribadi dan tujuan karir. Jalan yang ditempuh sepanjang jalur karir berhimpitan atau sama dengan langkah-langkah dari tahap-tahap karir. Jadi kesamaan jalur karir dengan tahap karir mengukuhkan hubungan dan saling ketergantungan antara individu dengan organisasi, oleh karena itu diperlukan suatu proses sosialisasi antara individu dengan organisasi.



Pengertian Bimbingan Sosial 

Bimbingan sosial adalah pelayanan yang membantu peserta dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga danwarga lingkungan sosial yang lebih luas. Bimbingan sosial merupakan upaya untuk membantu individu dalam mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang di landasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab kemasysrakatan dan kenegeraan.


Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling di SMP, SMA/SMK membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyaraktan dan kenegaraan. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok - pokok berikut :

1. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif. 

2. Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta beragumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif. 

3. Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat luas dan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai - nilai agama, adat, hukum, ilmu dan kebiasaan yang berlaku.

4. Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis, dan produktif dengan teman sebaya, baik di sekolah yang lain, di luar sekolah, maupun dimasyarakat pada umumnya.)

5. Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab. 

6. Orientasi tentang hidup berkeluarga.


Aspek-aspek Bimbingan Sosial 

Selain problem yang menyangkut dirinya sendiri, individu juga dihadapkan pada problem yang terkait dengan orang lain. Dengan perkataan lain, masalah individu ada yang bersifat pribadi dan ada yang bersifat sosial. "kadang – kadang individu mengalami kesulitan atau masalah dalam hubungannya dengan individu lain atau lingkungan sosialnya. Masalah ini dapat timbul karena individu kurang mampu atau gagal berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang kurang sesuai dengan keadaan dirinya. 

Problem individu yang berhubungan dengan lingkungan sosisalnya, misalnya : 

*) Kesulitan dalam persahabatan

*) Kesulitan mencari teman

*) Merasa terasing dalam aktivitas kelompok

*) Kesulitan memperoleh penyesuaian dalam kegiatan kelompok 

*) Kesulitan mewujudkan hubungan yang harmonis dalam keluarga

*) Kesulitan dalam menghadapi situasi sosial yang baru.


Selain problem di atas, aspek – aspek sosial yang memerlukan layanan bimbingan sosial adalah :

°) Kemampuan individu melakukan sosialisasi dengan lingkungannya

°) Kemampuan individu melakukan adaptasi

°) Kemampuan individu melakukan hubungan sosial (interaksi sosial) dengan lingkungannya baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.


Makna Bimbingan Sosial 

Bimbingan sosial bermakna suatu bimbingan atau bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah – masalah sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah, konflik, penyesuaian diri dan sebagainya. Bimbingan sosial juga bermakna suatu bimbingan atau bantuan dari pembimbing kepada individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan secara baik.

Menurut Djumhur dan Surya, bimbingan sosial (sosial guidance) merupakan bimbingan yang bertujuan untuk membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi kesultan – kesulitan dalam masalah sosial, sehingga individu mampu menyesuaikan diri secara baik dan wajar dalam lingkungan sosialnya.

Relevan dengan pendapat di atas, menurut Andi Mapiare (1994) suatu bimbingan dikatakan bimbingan sosial apabila penekanan bimbingan lebih diarahkan pada usaha – usaha mengurangi masalah sosial.


Tujuan Bimbingan Sosial 

Berdasarkan pengertian diatas, tujuan utama pelayana bimbingan sosial adalah agara individu yang dibimbing mampu melakukan interaksi sosial secara baik dengan lingkungannya. Bimbingan sosial juga bertujuan untuk membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan – kesuliatan dalam masalah, sehingga individu dapat menyesuaikan diri secara baik dan wajar dalam lingkungan sosialnya. 

Dalam konteks manusia sebgaia makhluk sosial dan sebagai makhluk ciptaan Allah Subhanahu wata’ala, Dahlan (1989) menyatakan bahwa tujuan bimbingan sosial adalah agar individu mampu mengembangkan diri secara optimal sebagai makhluk sosial dan makhluk ciptaan Allah Subhanahu wata’ala.


Bentuk-bentuk Layanan Bimbingan Sosial 

Ada beberapa macam bentuk layanan bimbingan sosial yang bisa diberikan kepada para siswa di sekolah atau madrasah. Bentuk – bentuk layanan tersebut :

1. Layanan informasi

Informasi tentang cara – cara berkomunikasi penting diberikan kepada setiap individu. Sebagai makhluk sosial, individu perlu berhubungan dengan orang. Dengan perkataan lain, individu memerlukan orang lain dalam kehidupannya. Untuk dapat berhubungan dengan orang lain secara baik, individu dituntut untuk mampu beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungannya.

a. Informasi tentang ciri – ciri masyarakat dewasa ini yang mencakup tentang informasi tentang ciri – ciri masyarakat majuatau modern, makna ilmu pengetahuan, pentingnya IPTEK bagi kehidupan manusia, dan lain - lain. 

b. Informasi tentang cara – cara bergaul.


2. Layanan Orientasi

Layanan orientasi untuk bidang pengembangan hubungan sosial adalah : suasana, lembaga dan objek – objek pengembangan sosial seperti berbagai suasana hubungan sosial antar individu dalam keluarga. Organisasi atau lembaga tertentu, dalam acara sosial tertentu.



Layanan informasi sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan aktivitas belajar siswa. Penyajian informasi ini dimaksudkan untuk memberikan wawasan kepada para siswa sehingga ia dapat menggunakan informasi itu baik untuk mencegah atau mengatasi kesulitan yang dihadapinya, serta untuk merencanakan masa depan khususnya tentang masalah pentingnya aktivitas dalam belajar. 


Layanan informasi dapat membekali individu dengan berbagai macam pengetahuan tentang pentingnya aktivitas belajar untuk mencapai suatu prestasi dalam proses pembelajaran. Kurangnya informasi dapat sangat berpengaruh terhadap adanya aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajarannya.


Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan. Bidang belajar, membantu siswa mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik, untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta, menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.


Adapun Permasalahan Siswa terkait Bidang Belajar sebagai berikut :

*) Banyak siswa yang belum mengetahui cara belajar efektif dan efisien

*) Banyak siswa belum bisa mengatur waktu kegiatan sehari-hari.


Adapun teknik belajar yang dapat dilakukan para siswa sebagai berikut :

1. Memperhatikan faktor kesehatan tubuh

2. Menyiapkan sarana dan prasarana belajar

3. Mempersiapkan waktu yang efektif dalam belajar

4. Memperhatikan Pelajaran dengan sungguh-sungguh dan membuat catatan penting

5. Berlatih membahas soal-soal


Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita, menyelenggarakan kehidupan sehari-hari dan mengambil keputusan. 


Di dalam proses pembelajaran setiap siswa atau peserta didik selalu diarah-kan agar menjadi peserta didik yang mandiri, dan untuk menjadi mandiri se-seorang individu harus belajar, sehingga dapat dicapai suatu kemandirian belajar. 


Di dalam perkembangannya kemandirian muncul sebagai hasil proses belajar dan pengalaman itu sendiri dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah. Kemandirian tumbuh dan berkembang karena adanya dua faktor yaitu : 

1) Disiplin yaitu adanya aturan bertindak dan otoritas, dan 

2) Komitmen terhadap kelompok
































LihatTutupKomentar