Meoctupdate - Epidemiolog Universitas Griffith, Dicky Budiman mencoba meluruskan viral video alat Rapid Test Antigen menunjukkan hasil positif usai dituangkan air keran. Kejadian alat Rapid Test Antigen mengeluarkan hasil positif setelah disiram air berhasil membuat masyarakat resah.
Menurut Dicky, SASS-CoV-2 tidak ditularkan melalui air, namun melalui udara. Ia pun menjelaskan ketika yang diteteskan air keran, justru kandungan PH pada air disebut dapat merusak antibodi yang ada dalam alat itu.
"Dalam testing itu ada kandungan PH. Jadi ketika PH. Intinya karena telah terjadi kerusakan dari alat itu sendiri, maka akhirnya hasilnya invalid, bisa jadi positif," ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com lewat pesan teks, Senin (26/7).
Lihat Juga :
Raffi Ahmad hingga Tyas Mirasih Turun ke Jalan Singgung soal Bersuara, Ada Apa di Tanggal 28 Juli?
Lebih lanjut ia menjelaskan jika yang diuji bukan merupakan sampel yang semestinya, contohnya air, maka bisa menyebabkan kerusakan pada alat deteksi virus corona sehingga reaksi yang dihasilkan tidak valid.
"Perubahan PH yg terjadi yg menyebabkan seakan-akan positif," ujar dia.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kandungan asam basa dan pengenceran yang ada dalam sampel itu juga disebut berpengaruh dalam menghasilkan reaksi menggunakan alat rapid test antigen tersebut.
"Ini kan ada juga masalah keasaman, asam basa dan pengenceran ya berpengaruh," tuturnya.
Lihat Juga :
Gelar Pesta Ultah Saat PPKM, Seleb TikTok Juyy Putri Minta Maaf
Sementara itu, ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo menjelaskan teknologi rapid antigen atau rapid antibodi itu menggunakan teknologi lateral flow yang sangat terkontrol dan sensitif. Intinya alat itu untuk memastikan munculnya ikatan spesifik antara antigen dan antibodi.
Jika terdapat kandungan pH yang tidak terkontrol seperti menggunakan air keran, maka dijelaskan Ahmad yang terjadi adalah interaksi tidak spesifik, atau sinyal reaksi muncul padahal tidak ada interaksi.
"Kalau pH tidak terkontrol seperti menggunakan air keran, yang terjadi adalah interaksi yang tidak spesifik, alias maksa," ujar Ahmad kepada CNNIndonesia.com.
Itu sebabnya dalam melakukan swab, kata Ahmad, ada cairan buffer yang isinya ada protein, deterjen, garam, dan senyawa kimia pengontrol pH. Jumlah sampel yang dimasukkan ke buffer juga disebutnya tidak boleh terlalu banyak.
Ahmad menjelaskan apabila alat antigen disiram dengan air keran nantinya sistem buffer jadi rusak, sehingga yang terjadi adalah reaksi secara fisik yang tidak ada hubungan dengan reaksi antigen antibodi yang ada di dalam kaset lateral flow tersebut.
Sebelumnya beredar sebuah video yang merekam momen mulai dari saat mengambil air dari keran, mengisi ke botol hingga menuangkan air ke alat tes virus corona.
Uji coba menggunakan air itu diketahui dilakukan oleh seorang pria. Beberapa saat kemudian setelah air keran itu dituangkan ke alat tes Covid-19, ternyata hasilnya positif. Pria itu pun menyerukan agar karyawan tidak lagi dites Covid-19 dengan alat itu.