Studi Baru Beri Sinyal Kuat Asal-usul COVID-19, Bukan dari China?


Asal usul Corona masih menjadi perdebatan para ahli. Kini, tes sampel darah yang baru dianalisis di Italia kembali memicu dugaan apakah virus Corona benar menyebar lebih dulu di Eropa, bukan di Wuhan, China.

Dikutip dari Financial Times, para ilmuwan dari Istituto Nazionale Tumori Milan dalam jurnal baru yang dimuat Senin kemarin, menunjukkan pengujian ulang sejumlah sampel darah pra-pandemi di dua laboratorium. 

Ditemukan antibodi yang biasanya muncul setelah terinfeksi virus Corona. "Hasil pengujian ulang ini menunjukkan bahwa apa yang kami laporkan sebelumnya pada pasien tanpa gejala adalah sinyal yang masuk akal jika sirkulasi awal virus (COVID-19) ada di Italia," Giovanni Apolone, salah satu peneliti, mengatakan kepada Financial Times.

"Jika ini dikonfirmasi, ini akan menjelaskan ledakan kasus simtomatik yang diamati di Italia (pada 2020). SARS-CoV-2, atau versi sebelumnya, beredar diam-diam, di bawah permukaan," katanya.

Temuan antibodi virus Corona

Para peneliti mulanya menganalisis 959 pasien kanker paru-paru sebelum pandemi COVID-19 merebak. Tahun lalu, mereka menguji sampel lagi, mencari antibodi terkait virus Corona, dan mengatakan mereka telah menemukan jejak infeksi.

Atas permintaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sampel tersebut diuji ulang oleh laboratorium VisMederi di Siena, Italia, dan fasilitas yang berafiliasi dengan WHO di Universitas Erasmus di Belanda.

Marion Koopmans, kepala virologi di Erasmus, mengatakan temuan baru itu 'menarik'. Namun, dia memperingatkan bahwa meskipun ada beberapa bukti antibodi, tidak ada sampel yang memberikan bukti konklusif tentang infeksi sebelumnya dengan COVID-19, berdasarkan kriteria ketat universitas.

"Kami menggunakan ambang batas yang agak ketat dan tidak dapat mengesampingkan bahwa beberapa reaktivitas yang diamati adalah nyata," katanya.

"Namun, untuk konfirmasi sirkulasi sebelumnya, kami akan merekomendasikan penelitian pasien dengan penyakit yang tidak dapat dijelaskan untuk konfirmasi virologi."

Laboratorium menguji ulang 29 sampel asli Italia, beberapa positif dan beberapa negatif, bersama dengan 29 kasus di kelompok kontrol yang diselidiki dari 2018.

Dari tes ini, tiga sampel ditemukan oleh Erasmus dan VisMederi positif untuk jenis antibodi terkait virus Corona, IgM, yang biasanya menunjukkan infeksi baru-baru ini. Paling awal dikumpulkan pada 10 Oktober 2019. 

Salah satu sampel, dari 5 Februari 2020, juga positif. Namun, tidak ada sampel yang mengandung kadar yang cukup tinggi dari masing-masing tiga jenis antibodi yang diperlukan Erasmus untuk dianggap sebagai bukti infeksi, IgM, antibodi penetralisir, dan antibodi ketiga yang dikenal sebagai IgG.

Dalam sembilan sampel lain yang menurut VisMederi positif terinfeksi, kadar antibodi IgM berada di bawah titik batas yang ditetapkan oleh Erasmus, kata Gabriella Sozzi, salah satu peneliti Italia.

Sozzi berpendapat bahwa pada periode pra-pandemi, virus mungkin kurang agresif atau menular, diperlukan untuk menggunakan tes yang sangat sensitif lantaran ada risiko menemukan kasus 'positif palsu'.

Koopmans mengatakan kriteria ketat Universitas Erasmus diperlukan untuk meyakinkan apakah pandemi dimulai lebih awal dari yang diperkirakan saat ini."Bukan berarti tidak mungkin," katanya.

"Hanya saja Anda ingin melihat bukti lain."

Jurnal di Italia yang belum peer reviewed, tidak menjawab pertanyaan dari mana asal virus Corona baru, tetapi temuan tersebut kemungkinan akan memicu perdebatan apakah COVID-19 beredar di Italia atau di tempat lain sebelum kasus pertama yang dikonfirmasi Wuhan pada Desember 2019.

Studi lain menunjukkan kasus pertama Corona di Eropa pada awal November 2019, termasuk satu kasus di Milan.

LihatTutupKomentar