Kadiv Humas Polri Inspektur Jenderal Argo Yuwono mengatakan tersangka teroris dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang ditangkap di Kalimantan Timur hendak mengirim bantuan uang kepada teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulawesi Tengah.
Diketahui, para tersangka teroris itu ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri pada Sabtu (14/8) kemarin.
"Inisial RWP ini memberikan bantuan berupa uang dengan cara mengirimkan ke perbankan di kelompok MIT Poso," kata jenderal bintang dua itu kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (20/8).
Dalam hal ini, kata dia, uang tersebut dipergunakan sebagai operasional dan persiapan amaliyah yang hendak dilakukan kelompok MIT.
Kemudian, tersangka lain berinisial S yang ditangkap merupakan pihak yang mengajari MIT Poso untuk mengunggah konten terornya di Facebook selama ini. S juga membantu para DPO teroris MIT Poso itu untuk bertransaksi melalui bank swasta.
"Yang ketiga inisial WS, ini juga bermain di medsos, dia mengajari berbagai macam kegiatan untuk membuat bom di sana," jelasnya.
Sebagai informasi, TNI-Polri tengah melakukan operasi penyisiran besar-besaran untuk menangkap sisa buronan teroris MIT Poso.
Patroli banyak dilakukan ke beberapa wilayah, yakni Lore Utara atau Napu. Kemudian, dilanjutkan hingga ke Kabupaten Sigi.
Upaya tersebut dilakukan untuk menutup pergerakan teroris itu setelah tiga anggotanya ditembak mati pada 11 dan 17 Juli kemarin. Saat ini, tersisa enam orang DPO dari kelompok teroris ini yang masih diburu.
Polri sempat menyatakan terdapat upaya dari pimpinan MIT, Ali Kalora untuk menyerahkan diri kepada aparat kepolisian.
Namun demikian, dia diduga mendapat tekanan dari anggota kelompoknya yang lain terkait dengan keamanan keluarganya.
"Segala kemungkinan terjadi seperti itu di sana. Ada usaha untuk menyerahkan diri, dan sebagainya," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri, Brigadir Jenderal Rusdi Hartono kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Senin (24/5).