Beberapa hari belakangan, sejumlah minimarket di DKI menutup menutup display pajangan rokok. Diharapkan bisa mengurangi paparan iklan rokok pada anak-anak.
Selain itu, ditutupnya display rokok sedikit banyak juga berpengaruh pada minat pembeli. Seorang kasir minimarket di Jakarta Barat, Aisyah, mengakui hal itu.
"Orang jadi bertanya-tanya 'Kenapa ditutup?' 'Apa udah ga boleh beli rokok?' ujar Aisyah kepada detikcom, Selasa (14/9/2021).
Aisyah menambahkan, banyak pula pengunjung yang tidak jadi membeli rokok karena harga rokok yang tidak terpampang.
"Sama bingung kalau mau beli rokok karena harganya juga kan jadi nggak ketahuan, makanya jadi lumayan jarang yang beli rokok," pungkasnya.
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengapresiasi langkah menutup display rokok. Menurutnya, hal itu dibutuhkan agar penjualan rokok tidak terlalu masif.
"Selain karena adanya seruan Gubernur, juga karena penjualan rokok di Indonesia dan Jakarta, terlalu masif dan terlalu gampang diakses oleh anak-anak dan remaja," ungkap Tulus.
Diakuinya, langkah semacam ini perlu dilakukan secara konsisten dan terus menerus. Menurutnya, tidak mudah untuk menurunkan jumlah perokok dalam waktu singkat.
"Perlu waktu dan intensitas untuk bisa menurunkan jumlah perokok," pungkasnya.