Meoctupdate - Peluncuran vaksin Covid-19 oleh perusahaan farmasi di berbagai negara merupakan salah satu upaya menangani pandemi Covid-19.
Sayangnya, ada banyak informasi yang salah seputar vaksin Covid-19 sehingga tidak sedikit orang yang ragu bahkan menolak vaksinasi.
Penting untuk memahami fakta-fakta tentang Covid-19 agar tidak mudah termakan informasi palsu yang beredar melalui media sosial maupun aplikasi pengiriman pesan.
Dilansir Missouri University Health Care dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), berikut adalah mitos tentang vaksin Covid-19 yang tidak benar:
1. Mitos: Vaksin Covid-19 tidak aman karena dikembangkan dengan cepat
Fakta: Vaksin Covid-19 terbukti aman karena telah melalui serangkaian proses pengujian dengan standar yang ketat.
Baca juga: Anggota DPR soal PPKM Level 4: Ganti Nama Tak Buat Orang Makin Paham-Patuh
Berbagai tahapan uji klinis harus dilewati hingga vaksin Covid-19 terbukti aman dan efektif serta memperoleh Emergency Use Authorization (EUA) atau otorisasi penggunaan darurat.
2. Mitos: Vaksin Covid-19 akan mengubah DNA
Fakta: Vaksin Covid-19 tidak mengubah atau berinteraksi dengan DNA dengan cara apapun sehingga tidak benar jika vaksin dapat mengubah DNA.
Baik vaksin MRNA maupun vektor virus Covid-19 mengirimkan instruksi (materi genetik) ke sel untuk membangun perlindungan terhadap virus corona.
Namun, materi genetik itu tidak pernah memasuki inti sel, yang merupakan tempat DNA tersimpan.
3. Mitos: Orang yang divaksin Covid-19 akan positif Covid-19
Fakta: Tidak ada vaksin Covid-19 resmi yang dapat menyebabkan seseorang positif terpapar virus corona.
Baca juga: Banjir Tewaskan 25 Orang di Kereta Bawah Tanah China
Vaksin bertujuan untuk membangun antibodi terhadap virus dan meminimalisasi risiko gejala serius jika terinfeksi Covid-19.
4. Mitos: Vaksin Covid-19 sebabkan kemandulan pada wanita
Fakta: Informasi yang mengatakan vaksin Covid-19 sebabkan kemandulan pada wanita adalah tidak benar.
Para ahli mengatakan, urutan asam amino (dibagi antara protein spike dan protein plasenta) terlalu pendek untuk memicu respons imun dan tidak memengaruhi kesuburan.
5. Mitos: Sudah pernah terinfeksi Covid-19 tidak perlu divaksinasi
Fakta: Seseorang yang sudah pernah terinfeksi Covid-19 tetap harus divaksinasi. Saat ini, para ahli belum mengetahui berapa lama seseorang terlindungi dari virus setelah sembuh dari Covid-19.
Kekebalan yang diperoleh dari infeksi, yang disebut kekebalan alami, bervariasi antar orang. Beberapa bukti awal mengatakan, kekebalan alamu mungkin tidak bertahan lama.