Meoctupdate - Kabar baik, berdasarkan uji klinis di Afrika Selatan vaksin Johnson & Johnson dinilai efektif mencegah keparahan serta kematian akibat virus Corona varian Beta dan Delta. Bahkan hanya dalam satu dosis suntikan saja alias tanpa booster.
Studi ini adalah tes nyata pertama di dunia atas kemanjuran vaksin terhadap Delta, varian virus yang sangat menular dan melonjak penyebarannya di seluruh, termasuk Indonesia. Kementerian Kesehatan Afrika Selatan melaporkan hasil awal ini pada konferensi pers pada hari Jumat (6/7/2021). Namun data tersebut belum ditinjau atau dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.
Dalam uji coba yang disebut Sisonke , para peneliti mengevaluasi satu dosis vaksin Johnson & Johnson di hampir 500.000 petugas kesehatan, yang berisiko tinggi terkena COVID-19. Vaksin tersebut memiliki kemanjuran hingga 95 persen terhadap kematian akibat varian Delta, dan hingga 71 persen terhadap rawat inap, demikian para peneliti melaporkan.
Baca juga:
Dokter dan Pejuang Kemanusiaan Papua, Tigor Silaban, Wafat Akibat COVID-19
"Kami percaya vaksin ini melakukan apa yang dirancang untuk dilakukan, yaitu menghentikan orang pergi ke rumah sakit dan menghentikan mereka berakhir di ICU dan sekarat," kata Dr. Linda-Gail Bekker, co-lead studi dan direktur Desmond Tutu HIV Center di Universitas Cape Town, seperti dilansir dari The New York Times.
"Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang telah menerima satu dosis vaksin Johnson & Johnson tidak memerlukan suntikan booster," imbuhnya.
Para peneliti mendapati sukarelawan yang divaksinasi, kasus gejala ringan 96 persen, sementara yang mengakibatkan penyakit parah atau kematian kurang dari 0,05 persen.
Hasil uji ini tentu berita gembira bagi jutaan orang yang telah menerima vaksin Johnson & Johnson. Sebab beberapa penelitian sebelumnya telah menyebutkan satu suntikan mungkin rentan terhadap Delta, sehingga disarankan untuk melakukan booster satu suntikan lagi.
Akibatnya beberapa penerima vaksin Johnson & Johnson telah mencari dosis kedua sendiri. Pejabat kesehatan di San Francisco bahkan menawarkan penduduk yang diimunisasi dengan Johnson & Johnson dosis tambahan vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna.
"Penelitian ini dilakukan sebagai studi kemanjuran dunia nyata di salah satu rangkaian epidemiologi yang paling menantang," kata Dr. Dan Barouch, ahli virologi di Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston yang telah memimpin beberapa penelitian untuk J. & J. "Ini adalah berita yang sangat baik untuk perang melawan pandemi global COVID-19."
Baca juga:
Risma Salurkan Bantuan Senilai Rp 949 Juta ke Warga Papua
Afrika Selatan sendiri menyetujui vaksin Johnson & Johnson pada bulan April. Seperti halnya Indonesia, negara ini tengah berjuang melawan lonjakan varian Delta dalam beberapa pekan terakhir.
Lebih dari 8 juta orang Afrika Selatan telah menerima vaksin Johnson & Johnson atau setidaknya satu dosis vaksin Pfizer.